Beberapa waktu yang lalu saya bertemu dengan seseorang yang sebelumnya hanya saya kenal lewat cerita teman saya.
Dari apa yang saya dengar dari teman saya, orang ini adalah orang yang arogan. Tapi setelah bertemu langsung, ternyata orang itu jauh dari kesan arogan.
Dia ternyata ramah, baik, malah sedikit pemalu. Benar-benar sebuah gambaran yang sangat berbeda dari apa yang digambarkan teman saya.
Sadar atau tidak, betapa seringnya kita menilai seseorang bukan berdasarkan penilaian objektif, tapi hanyalah didasarkan pada penilaian atau cerita orang lain.
Betapa mudahnya kita menilai orang lain negatif hanya berdasarkan apa kata orang. Padahal pada kenyataannya belum tentu demikian.
Baca: Suka Membandingkan
Penilaian buruk serta merta kita jatuhkan kepada seseorang tanpa terlebih dahulu melihat kenyataan melainkan hanya dari cerita yang kita dengar.
Paulus berkata, “Sebab itu kami tidak lagi menilai sesorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukurang manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian” (2 Korintus 5:16).
Kita tidak boleh menilai seseorang berdasarkan ukuran manusia sebab firman Tuhan berkata, “Dan Kristus tela mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup tidak lagi hidup bagi dirinya sendiri…” (2 Korintus 5:15).
Siapapun orangnya, baik atau buruk sifatnya, seperti apapun ia, Kristus telah mati baginya. Mereka bernilai penting di mata Allah sehingga Kristus rela mati di atas kayu salib untuk dia.
Kita tidak boleh menilai atau menghakimi seseorang atas kekurangannya padahal Kristus sendiri menganggap mereka begitu berharga.
Baca: Kemurahan Hati
Terlebih jika kita menilai seseorang bukan berdasarkan kenyataan, tetapi hanya didasarkan kepada apa kata orang.
Yesus berkata, ”Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorang pun dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku” (Yohanes 8:15-16).
Jangan mudah menelan apa kata orang sebelum mengetahui kebenarannya. Mari belajar menilai segala sesuatu secara objektif, dengan bukti atau fakta yang kita saksikan secara nyata.
Kita tidak lebih baik dari orang lain, karenanya jangan menilai orang lain hanya menurut apa kata orang!
2 Komentar