Suatu hasil survei yang mengejutkan yang pernah dillakukan di Amerika menunjukkan bahwa, “85% anak-anak yang bermasalah ternyata tumbuh tanpa ayah”.
Lalu, “71% anak sekolah menengah berhenti sekolah ternyata tanpa
ayah”. Jadi, tak diragukan lagi peran ayah bagi perkembangan anaknya.
Yang menjadi
pertanyaan, mengapakah figur ayah, bukannya ibu? Tentu saja, Ibu tetap menjadi
titik sentral dalam pertumbuhan sang anak.
Namun, yang seringkali menjadi problem, apakah sang ayahnya mendampingi saat proses pertumbuhan anaknya?
Baca: Fatherless
Secara
psikologis, anak belajar soal aman tidaknya dalam berhubungan dengan dunia dari
sang ibu. Dari ibunya, anak akan belajar bergaul dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
Tetapi, justru
pembelajaran soal nilai-nilai dan prinsip, akan diperoleh dari figur sang
bapak. Biasanya, figur kelaki-lakian sang ayah akan menjadi role model bagi
sang anak.
Firman Tuhan berkata, “Dengarlah, hai anak-anak, didikan seorang
ayah, dan perhatikanlah supaya engkau beroleh pengetahuan…” (Amsal 4:1).
Problemnya sang
ayah tidak hadir dalam kehidupan anaknya adalah tidak ada waktu sama sekali. Sehingga
pengasuhan anak pun diserahkan kepada sang Ibu.
Jika ini
terjadi, maka ada dampak bagi pertumbuhan anak-anak. Pertama, bagi anak putra,
sosok ayah menjadi role model ketegasan.
Ketidakhadiran
sosok ayah bisa membuat sex role model sang anak jadi kacau. Tak jarang kita
mendengar anak cowok yang mengalami disorientasi seksual alias homosex.
Akibatnya, ia
pun menjadi tertarik dengan sesama lelaki atau pun mencari lelaki untuk
mengganti figur ayahnya yang hilang.
Kedua, bagi
anak putri, sosok ayah pun menjadi pria pertama yang dijumpainya di rumah.
Ayahnya akan menjadi sosok laki-laki yang diidamkannya.
Ketidakhadiran
sang ayah bagi seorang anak wanita akan membuatnya bingung dan tidak tahu harus
mencari seorang pria yang seperti apa dalam hidupnya.
Tidaklah mengherankan jika akhirnya banyak terjadi kenakalan remaja putri yang disebabkan pula oleh tidak hadirnya sang ayah dalam kehidupan mereka.
Baca: Manajemen Prioritas - John Maxwell
Ketiga, sisi
maskulinitas ayah mengajarkan soal ketegasan dan kedisiplinan. Kehadiran sang
ayah yang tegas dan disiplin, umumnya juga menjadi contoh sekaligus bekal bagi
sang anak.
Itu sebabnya,
mari kita sadari bahwa peran ayah sangat penting bagi kehidupan anak. Jika kita
ada dipihak sebagai ayah mari kita bertobat dan memperbaiki cara kita
membesarkan anak kita.
Jika kita
dipihak anak yang terluka karena kehilangan figur ayah, yang memuat kita
kehilangan prilaku yang baik maka kita perlu datang kepada Yesus. Dia sanggup
memulihkan hidup kita.
Ampunilah apa yang telah ayah kita lakukan, biarkan Tuhan mengobati luka hati kita. Percayalah kita punya Bapa Sorgawi yang penuh kasih dan perhatian kepada kita.
0 Komentar