Ada satu kisah dari seorang perempuan muda berusia dua puluh tahun yang bernama Elena Frings. Dia diberitahu dokternya bahwa hatinya begitu lemah sehingga dia hanya akan hidup enam bulan lagi.
Dia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya di Santiago, Chili, dan bekerja sebagai seorang sukarelawan pengorganisir komunitas di tengah para pemukiman perumahan kumuh. Ia berkata kepada temannya, “Dengan cara itu saya akan meninggal dengan bahagia”.
Nona Frings akhirnya bekerja begitu baik sehingga dia diundang ke New York untuk memberikan ceramah tentang programnya. Melalui hal itu Tuhan mempertemukan dia dengan seorang dokter ahli bedah yang berhasil mengoperasi hatinya yang cacat itu.
Elena Frings sekarang sudah kembali ke Amerika Latin, membantu kaum miskin yang tinggal di pinggiran kota. Kabar kematian yang menimpa dirinya sekarang berubah menjadi kehidupan dengan arah yang baru.
Baca: Kejujuran Dalam Hubungan
Firman Tuhan berkata, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:15).
Demi menyelamatkan kita yang berdosa ini, Allah rela menyerahkan Putra-Nya yang tunggal, yang sedemikian dikasihi-Nya, agar kita dapat beroleh hidup kekal.
Demi membebaskan kita dari murka dan hukuman Allah yang dahsyat, Yesus rela merendahkan diri-Nya, menjadi manusia, dan mati secara terhina di atas kayu salib (Filipi 2:6-8).
Bila kita menyadari anugerah Allah yang besar, tentu kita akan dengan rela hati mempersembahkan seluruh hidup kita dan apa yang kita miliki bagi kemuliaan-Nya.
Seorang janda miskin mau memberi dari kekurangannya. Walaupun ia sedang dalam keadaan yang sulit tetapi ia mau memberi kepada Tuhan.
Baca: Keamanan atau Sabotase - John Maxwell
Tetapi Yesus berkata “Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan.
Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya” (Lukas 21:3-4)
Kita tak akan segan-segan menyerahkan segala sesuatu yang kita miliki kepada Tuhan sebagai ungkapan rasa syukur kita atas kebesaran anugerah-Nya.
Kita dapat memberi hidup kita, waktu, tenaga, harta dan pengaruh kita yang terbaik untuk Tuhan.
Kesadaran akan besarnya anugerah Allah dalam hidup kita, akan mendorong kita memberikan yang terbaik bagi kemuliaan-Nya!
1 Komentar